Selasa, 17 Januari 2017

AUTISME

Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi kemampuan anak dalam berkomunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. ASD tak hanya mencakup autisme, tapi juga melingkupi sindrom Asperger, sindrom Heller, dan gangguan perkembangan pervasif (PPD-NOS).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, diperkirakan ada sekitar 2,4 juta orang penyandang autisme di Indonesia pada tahun 2010. Jumlah penduduk Indonesia pada saat itu mencapai 237,5 juta jiwa, berarti ada sekitar satu penyandang autisme pada setiap 100 bayi yang lahir.
Sangatlah penting untuk mewaspadai gejala-gejalanya sedini mungkin, sebab ASD termasuk kondisi yang tidak bisa disembuhkan. Meski demikian, terdapat berbagai jenis penanganan serta langkah pengobatan  intensif yang bisa membantu para penyandang autisme untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari, serta mencapai potensi mereka secara maksimal.

Gejala dan Diagnosis Autisme

Secara umum, gejala autisme terdeteksi pada usia awal perkembangan anak sebelum mencapai tiga tahun. Gejala dan tingkat keparahan autisme juga cenderung bervariasi pada tiap penyandang. Tetapi, gejala-gejala tersebut dapat dikelompokkan dalam dua kategori utama.
Kategori pertama adalah gangguan interaksi sosial dan komunikasi. Gejala ini dapat meliputi masalah kepekaan terhadap lingkungan sosial dan gangguan penggunaan bahasa verbal maupun non verbal.
Sementara kategori kedua meliputi pola pikir, minat, dan perilaku yang terbatas serta bersifat pengulangan. Contoh gerakan repetitif, misalnya mengetuk-ngetuk atau meremas tangan, serta merasa kesal saat rutinitas tersebut terganggu.
Penyandang autisme juga cenderung memiliki masalah dalam belajar dan kondisi kejiwaan lain, misalnya gangguan hiperaktif atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD), gangguan kecemasan, atau depresi.
Hubungi dokter jika Anda menyadari adanya gejala autisme atau gangguan perkembangan pada diri Anda maupun anak Anda. Penanganan sedini mungkin sebaiknya dilakukan guna meningkatkan keefektifan perkembangan kondisi ini.

Penyebab Autisme Serta Mitosnya

Terdapat sejumlah faktor, seperti pengaruh genetika dan lingkungan, yang diperkirakan dapat menyebabkan kelainan ini. Namun, penyebab autisme yang pasti belum diketahui hingga saat ini. Dalam kasus-kasus tertentu, autisme juga mungkin dipicu oleh penyakit tertentu.
Di samping itu, ada beberapa hal lain yang juga dianggap sebagai pemicu autisme. Namun, anggapan dan dugaan tersebut telah terbukti tidak berhubungan dengan autisme berdasarkan berbagai penelitian medis. Sejumlah mitos tersebut meliputi:
  • Senyawa thiomersal yang mengandung merkuri (digunakan sebagai pengawet untuk beberapa vaksin).
  • Vaksin campak, gondong, dan rubela (MMR). Vaksin ini pernah dicurigai sebagai penyebab autisme sehingga banyak orang tua yang enggan memberikannya pada anak mereka.
  • Pola makan, seperti mengonsumsi gluten atau produk susu.
  • Pola asuh anak.
Penyandang Autisme Dewasa dan Permasalahannya
Kondisi autisme terkadang baru terdeteksi hingga pengidapnya dewasa. Proses diagnosis saat dewasa dapat membantu para pengidap serta keluarga untuk memahami autisme dan memutuskan jenis bantuan yang dibutuhkan.
Sebagian penyandang autisme dewasa merasa kesulitan untuk mencari pekerjaan karena adanya tuntutan dan perubahan sosial dalam pekerjaan. Pusat layanan khusus autisme bisa membantu mereka untuk mencari pekerjaan yang cocok dengan kemampuan mereka.
Di Indonesia, khususnya Jakarta, terdapat sejumlah organisasi yang menitikberatkan layanan khusus bagi penyandang autisme. Beberapa di antaranya adalah:
  • Yayasan Autisma Indonesia (YAI)
  • Yayasan Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI).
  • Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC).


sumber:alodokter

Tidak ada komentar:

Posting Komentar