Selasa, 22 November 2016

GANGGUAN KEPRIBADIAN

Gangguan kepribadian adalah suatu kondisi yang menyebabkan penderitanya memiliki pola pikir dan perilaku yang tidak sehat dan berbeda dari rata-rata orang biasanya.
Selain pola pikir yang tidak sehat, kondisi yang juga dikategorikan sebagai penyakit mental ini bisa membuat penderitanya sulit untuk merasakan, memahami, atau berinteraksi dengan orang lain. Tentu saja bisa menyebabkan masalah dalam situasi sosial. Tidak jarang hubungan penderita gangguan kepribadian dengan orang lain di lingkungan rumah, sekolah, bisnis, atau pekerjaan menjadi terbatas.
gangguan-kepribadian-alodokter

Gejala gangguan kepribadian berdasarkan jenisnya

Gangguan kepribadian dibagi menjadi tiga kelompok, pertama adalah gangguan kepribadian kelompok A. Gangguan kepribadian kelompok ini biasanya ditandai dengan gejala pemikiran dan perilaku yang aneh. Jenis-jenis gangguan kepribadian kelompok A adalah:
  • Gangguan kepribadian skizotipal. Selain tingkah laku yang aneh dan cara bicara mereka yang tidak wajar, penderita gangguan kepribadian jenis ini kerap terlihat cemas atau tidak nyaman dalam situasi sosial. Penderita juga kerap berkhayal, misalnya percaya bahwa dirinya memiliki kekuatan telepati yang mampu memengaruhi emosi dan tingkah laku orang lain atau percaya bahwa suatu tulisan di koran adalah sebuah pesan tersembunyi bagi mereka.
  • Gangguan kepribadian skizoid. Ciri utama penderita gangguan kepribadian jenis ini adalah sifat yang dingin. Mereka seperti sukar menikmati momen apa pun, tidak bergeming saat dikritik atau dipuji, dan tidak tertarik menjalin hubungan pertemanan dengan siapa pun, bahkan dengan lawan jenis. Mereka cenderung penyendiri dan menghindari interaksi sosial dengan orang lain.
  • Gangguan kepribadian paranoid. Ciri-ciri utama gangguan kepribadian jenis ini adalah kecurigaan dan ketidakpercayaan terhadap orang lain secara berlebihan, bahkan pada pasangan mereka juga. Mereka selalu takut bahwa orang lain akan memanipulasi atau merugikan mereka, dan mereka takut pasangan mereka akan berkhianat.
Kelompok gangguan kepribadian yang kedua adalah kelompok B. Ciri-cirinya adalah pola pikir dan perilaku yang tidak bisa diprediksi, serta emosi yang berlebihan dan dramatis. Jenis-jenis gangguan kepribadian kelompok B di antaranya adalah:
  • Gangguan kepribadian ambang (borderline)Orang yang menderita kondisi ini biasanya memiliki dorongan untuk menyakiti diri sendiri dan tidak stabil secara emosi.
  • Gangguan kepribadian antisosial. Orang yang menderita kondisi ini kerap mengabaikan norma sosial yang berlaku dan tidak memiliki rasa simpati apabila orang lain mengalami kesusahan. Penderita malah cenderung menyalahkan orang lain atas masalah yang terjadi dalam hidup mereka. Mereka gemar mengintimidasi orang lain dan tidak menyesali akibat dari perbuatan mereka tersebut. Ciri lainnya adalah ketidakmampuan mengendalikan amarah dan mempertahankan hubungan dalam jangka panjang.
  • Gangguan kepribadian narsistik. Orang yang menderita kondisi ini merasa yakin sekali bahwa dirinya lebih istimewa dibandingkan orang lain. Mereka cenderung arogan dan terus-menerus mengharapkan pujian dari orang lain. Mereka akan membanggakan dan melebih-lebihkan prestasi yang dicapai. Ketika merasa ada orang lain yang lebih unggul daripada mereka, penderita gangguan kepribadian narsistik akan merasa sangat iri.
  • Gangguan kepribadian histrionik. Orang yang menderita kondisi ini biasanya terlalu mencemaskan penampilan, cenderung dramatis dalam berbicara, dan selalu mencari perhatian. Apabila menjalin hubungan pertemanan, penderita gangguan ini akan menganggap hubungan mereka dengan temannya tersebut sangat erat, meskipun orang lain menganggapnya tidak.
Kelompok gangguan kepribadian ketiga adalah kelompok C. Meski ciri-ciri tiap gangguan yang masuk dalam kelompok ini berbeda-beda, ada satu komponen yang sama, yaitu rasa cemas dan ketakutan. Gangguan kepribadian kelompok C terdiri dari:
  • Gangguan kepribadian dependen. Penderita kondisi ini akan merasa sangat tergantung pada orang lain dalam hal apa pun. Mereka tidak bisa hidup mandiri dan selalu diliputi rasa takut akan ditinggalkan orang lain. Saat mereka sedang sendiri, mereka akan merasa tidak nyaman dan tidak berdaya. Akibat ketergantungan yang berlebihan ini, penderita gangguan kepribadian dependen tidak akan bisa membuat keputusan dan mengemban tanggung jawab sendiri tanpa petunjuk dan bantuan orang lain.
  • Gangguan kepribadian menghindar. Ciri utama pada penderita kondisi ini adalah penghindaran terhadap kontak sosial, terutama dalam kegiatan baru yang melibatkan orang asing. Tidak sama seperti gangguan kepribadian skizoid, penghindaran ini dilakukan penderita lantaran mereka malu dan tidak percaya diri. Sebenarnya mereka ingin sekali menjalin hubungan dekat, namun mereka merasa diri mereka tidak pantas untuk berbaur dan sangat khawatir mengalami penolakan.
  • Gangguan kepribadian obsesif kompulsif. Orang yang mengalami kondisi ini bisa dikatakan ‘gila kendali’. Mereka sulit untuk bisa bekerja sama dengan orang lain dan lebih memilih untuk mengatur atau menyelesaikan tugasnya sendiri. Diakibatkan kepribadian mereka yang perfeksionis, sering kali mereka stres apabila hasil pekerjaan tidak sesuai dengan standar mereka yang tinggi. Apabila penderita gangguan ini adalah seorang atasan di kantor, maka dia tidak akan bisa mendelegasikan tugas pada bawahannya dan hasratnya untuk mengatur situasi dan pegawainya akan makin menjadi-jadi. Kepribadian penderita cenderung kaku dan gila kerja. Sering kali mereka mengabaikan teman dan jarang terlibat dalam kegiatan bersama. Mereka lebih asyik mengurus aturan-aturan, perincian, jadwal, dan mengawasi ketertiban. Gangguan kepribadian obsesif kompulsif (OCPD) berbeda dengan gangguan obsesif kompulsif (OCD). Penderita OCPD bisa menerima perilaku mereka tersebut dan tidak memandangnya sebagai penyimpangan yang perlu diubah. Sedangkan penderita OCD menyadari bahwa perilaku mereka tersebut tidak normal dan cemas akan hal itu, meski sulit bagi mereka untuk mengubahnya.

Penyebab gangguan kepribadian

Kasus gangguan kepribadian umumnya dimulai pada usia remaja dan saat memasuki usia dewasa. Ada beberapa faktor yang diduga dapat memicu atau meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini, di antaranya:
  • Adanya kelainan pada struktur atau komposisi kimia di dalam otak.
  • Adanya riwayat gangguan kepribadian atau penyakit mental lainnya di dalam keluarga.
  • Menghabiskan masa kecil di dalam kehidupan keluarga yang kacau.
  • Perasaan diabaikan sejak kanak-kanak.
  • Mengalami pelecehan sejak kanak-kanak, baik dalam bentuk verbal maupun fisik.
  • Tingkat pendidikan yang rendah.
  • Hidup di tengah-tengah keluarga berekonomi sulit.
Sebagian besar para ahli berpendapat bahwa gangguan kepribadian disebabkan oleh kombinasi dari situasi-situasi atau latar belakang kehidupan yang tidak menyenangkan dengan gen yang membentuk emosi seseorang yang diwariskan dari orang tuanya.

Diagnosis gangguan kepribadian

Untuk mendiagnosis gangguan kepribadian, dokter mungkin akan menyarankan diadakannya evaluasi psikologis mengenai cara pasien berpikir dan bertindak, serta perasaan yang mereka rasakan. Keterangan mengenai hal ini bisa didapat dokter dengan cara bertanya langsung pada pasien atau melalui kuesioner.
Selain evaluasi psikologis, pemeriksaan fisik juga diperlukan untuk mengetahui apakah gangguan kepribadian pasien disebabkan oleh buruknya kesehatan fisik mereka. Dalam hal ini dokter mungkin akan menanyakan gejala-gejala apa saja yang dirasakan pasien atau melakukan pemeriksaan darah di laboratorium. Misalnya tes fungsi kelenjar tiroid untuk mengetahui apakah kelainan yang diderita disebabkan oleh hal tersebut.
Dan satu hal yang tidak kalah penting adalah pemeriksaan kadar alkohol atau obat-obatan terlarang di dalam tubuh pasien, sebab mungkin saja itulah yang memicu munculnya gejala-gejala gangguan kepribadian.

Pengobatan gangguan kepribadian

Cara utama dalam menangani gangguan kepribadian adalah melalui terapi psikologis atau kejiwaan di bawah bimbingan psikiater dengan tujuan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengendalikan emosi serta pikirannya secara lebih baik. Penggunaan obat hanya disarankan apabila gejala-gejala yang terkait dengan gangguan kepribadian, seperti gejala psikotik, kecemasan, dan depresi, sudah memasuki level menengah atau parah. Sejumlah obat yang mungkin dipakai adalah obat-obatan penstabil suasana hati dan obat penghambat pelepasan serotonin (antidepresan).
Untuk terapi psikologis sendiri ada ragam jenisnya. Beberapa metode terapi yang mungkin dipakai untuk menangani gangguan kepribadian adalah:


  • Terapi perilaku kognitif. Terapi ini bertujuan mengubah cara berpikir dan bertindak pasien ke arah yang positif. Terapi ini didasarkan kepada teori bahwa perilaku seseorang merupakan wujud dari cara berpikirnya. Artinya, jika pikiran orang tersebut negatif, maka perilakunya akan negatif, dan begitu pula sebaliknya.
  • Terapi psikodinamik. Terapi ini bertujuan mengeksplorasi dan membenahi segala bentuk penyimpangan pasien yang telah ada sejak masa kanak-kanak. Kondisi semacam ini terbentuk akibat pengalaman-pengalaman yang negatif.
  • Terapi interpersonal. Terapi ini didasarkan kepada teori bahwa kesehatan mental seseorang sangat dipengaruhi oleh interaksi mereka dengan orang lain. Artinya jika interaksi tersebut bermasalah, maka gejala-gejala yang merupakan bagian dari gangguan kepribadian, seperti rasa cemas, ragu, dan tidak percaya diri, bisa terbentuk. Karena itulah tujuan utama terapi ini adalah membenahi segala macam masalah yang terjadi di dalam interaksi sosial pasien.
SUMBER http://www.alodokter.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar